MAKALAH
MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
TEORI PERUBAHAN
Disusun
oleh :
- Tegar Galie P.
- Choirul Ariffuddin
- Herlina Dwi R.
- Hervia Dida M
- Khusvi Handayan
- M. afif Nur f.
- Ongky Retno S
POLTEKKES
KEMENKES SURABAYA
PRODI
DIII KEPERAWATAN KAMPUS TUBAN
Jl.
Wahidin Sudiro Husodo No. 02
TUBAN
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allh
SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan tugas Manajemen dalam Keperawatan ini yang berjudul “Teori
Perubahan” ini dengan baik dan tepat waktu tanpa hambatan apapun dalam
pengerjaannya.
Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih
kepada Ibu Setyaningsih, SST.,M.Pd.,M.Kes. selaku Pembimbing kami dalam Mata Kuliah Manajemen
dalam Keperawatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Penulis minta maaf apabila terdapat kesalahan dalam pengetikan
maupun yang lainnya karena manusia tak lepas dari kesalahan dan mohon saran
yang membangun demi kesempurnaan Makalah ini.
Tuban,
Oktober 2012
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keperawatan mempunyai dua pilihan utama yang berhubungan dengan
perubahan, mereka melakukan inovasi dan perubahan atau mereka dapat dirubah
oleh suatu keadaan atau sutuasi. Perawat mempunyai keterampilan dalam proses
perubahan. Pertama proses keperawatan yaitu merupakan pendekatan dalam
penyelesayan masalah yang sistematis dan konsisten dengan perencanaan
perubahan. Kedua, perawat diajarkan mendapatkan ilmu dikelas dan mempunyai
pengalaman praktek untuk bekerja secara efektif dengan orang lain.
Perubahan pelayanan kesehatan / keperawatan merupakan kesatuan yang
menyatu dalam perkemangan dan perubahan keperawatan di indoneria. Bahkan adalah
suatu yang aneh atau tidak semestinya terjadi, apabila masyarakat umum dan
lingkungan terus menerus berubah, sedangkan keperawatan yang merupakan bagian
masyarakat tersebut tidak berubah dalam menata kehidupan keprofesiannya.
Perubahan adalah cara keperawatan mempertahankan diri sebagai profesi dan
berperan aktif dalam menghadapi era kesejagatan(millennium III). Maka
keperawatan Indonesia, khususnya masyarakat ilmuwan dan masyarakat profesional
keperawatan Indonesia, melihat dan mempertahankan proses profesionalisasi pada
era kesejagatan ini bukan sebagai suatu ancaman untuk ditakuti atau dihindari,
tetapi merupakan tantangan untuk berupaya lebih keras memacu proses
propesionalisasi keperawatan di Indonesia dan mensejajarka diri dengan
keperawatan dinegara-negara lain. Mewujudkan keperawatan sebagai profesi
diindonesia bukan hanya sekedar perjuangan untuk membela nasib para perawat
yang sudah sejak lama kurang menjadi perhatian, namun lebih dari itu, yaitu
berupaya untuh memenuhi hak masyarakat dalam mendapatkan asuhan keperawatan
yang profesional.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan konsep perubahan ?
2.
Apa saja jenis dan proses terjadinya perubahan ?
3.
Sebutkan tahapan dari perubahan?
4.
Strategi apa saja yang dilakukan untuk membuat suatu
perubahan ?
5.
Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan?
6.
Sebutkan tingkatan perubahan?
7.
Bagaimana cara pengelolaan perubahan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui defenisi dari konsep berubah.
- Untuk mengetahui jenis dan bagaimaa proses terjadinya perubahan.
- Untuk mengetahui tahapan dari perubahan.
- Untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan untuk mmbuat suatu perubahan.
- Untuk mengetahui faktor penghambat perubahan.
- Unruk mengetahui tingkatan perubahan.
- Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan perubahan.
Bab 2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Perubahan merupakan konsep umum yang
berhubungan dengan modifikasi dalam kegiatan, struktur atau akhir dari
organisasi atau proses membuat perbedaan dari apa yang telah ada sebelumnya.
Perubahan dapat mencakup upaya mencari pengetahuan baru atau menyusaikan
sesuatu yang saat ini diketahui dengan mempertimbangkan informasi baru.
Perubahan juga dapat mencakup penguasaan , keterampilan baru. Perubahan
merupakan aspek integral dalam keperawatan, dan perawat sering kali bertindak
sebagai agen perubahan, yaitu individu yang memulai, memotivasi, dan melakukan
perubahan.
2.2
Jenis dan Proses perubahan
Perubahan dapat dijabarkan dengan
beberapa cara, termasuk perubahan yang direncanakan atau yang tidak
direncanakan. Perubahan yang tidak direncanakan adalah perubahan yang terjadi
tanpa suatu persiapan, sebaliknya perubahan yang direncanakan adalah perubahan
yang direncanakan difikirkan sebelumnya, terjadinya dalam waktu lama, dan
termasuk adanya suatu tujuan yang jelas. Perubahan terencana lebih mudah
dikelola daripada perubahan yang terjadi pada perkembangan manusia atau tanpa
persiapan atau perubahan karena suatu ancaman. Untuk alasan tersebut, perawat
harus bisa mengelola perubahan.
Proses perencanaan terjadi adanya
perubahan yang sangat kompleks karena banyaknya Interaksi keterlibatan orang,
faktor, dan tekanan. Secara umum, perubahan terencana adalah suatu proses
dimana adanya pendapat baru yang dikembangkan, dikomunikasikan kepada semua
orang walaupun akhirnya akan diterima atau ditolak.perubahan perencanaan, sebagaimana
proses keperawatan, memerlukan sesuatu pemikiran yang matang tentang
keterlibatan individu atau kelompok. Enyelesaian masalah, pengambilan
keputusan, pemikiran kritis, dan pengkajian dan efektifitas penggunaan
ketrampilan interpersonal, termasuk komunikasi, kolaborasi, negoisasi dan
persuasive adalah kunci dalam perncanaan perubahan. Sebelum melihat tentang
strategi perubahan, perlu dipelajari trntang rangkuman teori-teori perubahan
dibawah ini.
Orang yang mengelola peerubahan harus
mempunyai suati fisi yang jelas dimana proses akan dilaksanakan dengan arah
yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Proses perubahan memerlukan
tahapan yang berurutan dimana orang akan terlibat suatu proses perubahan dan
arahan perubahan yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu koalisi perlu dan
harus dibentuk untuk mendukung perubahan.
2.3
Tahap Perubahan
2.3.1 Teori
Lewin
Lewin
mengatakan ada tiga tahap dalam sebuah perubahan, yaitu :
a.
Tahap Unfreezing
Masalah
biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem.Tugas perawat pada
tahap ini adalah mengidentifikasi masalah dan memilih jalan keluar yang
terbaik.
b.
Tahap Moving
Pada
tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari dukungan dari
orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.
c.
Tahap Refreezing
Setelah memiliki dukungan dan alternatif
pemecahan masalah perubahan diintegrasikan dan distabilkan sebagai bagian dari
sistem nilai yang dianut. Tugas
perawat
sebagai agen berubah berusaha mengatasi orang-orang yang masih
menghambat
perubahan.
2.3.2 Teori Lippitt
Teori ini
merupakan pengembangan dari teori Lewin. Lippitt mengungkapkan tujuh hal
yang harus diperhatikan seorang manajer dalam sebuah perubahan yaitu :
a.
Mendiagnosis masalah
Mengidentifikasi
semua faktor yang mungkin mendukung atau menghambat perubahan
b. Mengkaji
motivasi dan kemampuan untuk berubah
Mencoba
mencari pemecahan masalah
c. Mengkaji
motivasi dan sumber-sumber agen
Mencari
dukungan baik internal maupun eksternal atau secara interpersonal, organisasional
maupun berdasarkan pengalaman
d. Menyeleksi
objektif akhir perubahan
Menyusun
semua hasil yang di dapat untuk membuat perencanaan.
e. Memilih
peran yang sesuai untuk agen berubah
Pada
tahap ini sering terjadi konflik teruatama yang berhubungan dengan masalah
personal.
f. Mempertahankan
perubahan
Perubahan
diperluas, mungkin membutuhkan struktur kekuatan untuk mempertahankannya.
g. Mengakhiri
hubungan saling membantu
Perawat
sebagai agen berubah, mulai mengundurkan diri dengan harapan orang-orang atau
situasi yang diubah sudah dapat mandiri.
2.3.3 Teori
Rogers
Teori
Rogers tergantung pada lima tahap dalam perubahan, yaitu :
1.
Perubahan harus mempunyai
keuntungan yang berhubungan.
Menjadi
lebih baik dari metodeyang sudah ada
2.
Perubahan harus sesuai dengan
nilai-nilai yang ada.
Tidak
bertentangan
3.
Kompleksitas.
Ide-ide
yang lebih komplek bisa saja lebih baik dari ide yang sederhana asalkan lebih
mudah untuk dilaksanakan.
4.
Dapat dibagi.
Perubahan
dapat dilaksanakan dalam skala yang kecil.
5.
Dapat dikomunikasikan.
Semakin
mudah perubahan digunakan maka semakin mudah perubahan disebarkan.
2.4
Strategi Perubahan
Perubahan dalam organisasi dalam 3
tingkatan yang berbeda, yaitu: Individu yang bekerja di organisasi tersebut,
perubahan struktur dan system, dan perubahan hubungan interpersonal. Strategi
membuat perubahan dapat dikelompokkan menjadi 3 hal:
1)
Memiliki visi
yang jelas
Visi ini merupakan hal yang sederhana dan utama,
karena visi akan dapat mempengaruhi pandangan orang lain. Misalnya visi J. F
Kennedy “menempatkan seseorang di bulan sebelum akhir abad ini”. Visi harus
disusun secara jelas, ringkas, mudah dipahami dan dapat dilaksanakan oleh
setiap orang,
2)
Menciptakan
iklim atau budaya organisasi yang kondusif
Menciptakan iklim yang kondusif dan rasa saling
percaya adalah hal yang penting. Perubahan akan lebih baik kalau mereka percaya
terhadap seseorang tentang kejujuran dan nilai-nilai yang diyakini. Orang yang
berani mengambil suatu resiko terhadap perubahn, apabila mereka dapat berfikir
jernih dan tidak emosional dalam menghadapi perubahan. Setiap perubahan harus
diciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, dan secara langsung.
Menurut Potter dan O’Grady (1986) upaya yang harus
ditanamkan dalam menciptakan iklim yang kondusif adalah:
1. Kebebasan
untuk berfungsi secara efektif
2. Dukungan
dari sejawat dan pimpinan
3. Kejelasan
harapan tentang lingkungan kerja
4. Sumber
yang tepat untuk praktik secara efektif
5. Iklim
organisasi yang terbuka
3) Sistem
komunikasi yang jelas, singkat dan berkesinambungan
Komunikasi merupakan unsure yang penting dalam perubahan.
Setiap orang perlu dijelaskan tentang perubahan untuk menghindari “rumor atau
informasi yang salah”. Semakin banyak orang mengetahui tentang keadaan, semakin
baik mereka mampu dan dapat memberikan pandangan kedepan dan mengurangi
kecemasan serta ketakutan terhadap perubahan. Menurut Silber (1993) komunikasi
satu arah (top-down) tidak cukup dan sering menimbulkan kebingungan karena
orang tidak tahu apa yang akan terjadi.
Pertanyaan
yang perlu disampaian pada tahap awal perubahan menurut Doerge & Hagenow,
1995 adalah: 1) apakah yang sedang terjadi sudah benar? 2) apa yang lebih baik,
dan 3) jika anda bertanggung jawab dalam perubahan apa yang akan Anda lakukan?
4) Keterlibatan
orang yang tepat
Perubahan perlu disusun oleh orang-orang yang
kompeten, bagitu rencana sudah tersusun maka segeralah melibatkan orang lain
pada setiap jabatan di organisasi, karena keterlibatan berdampak terhadap
dukungan dan advocacy.
2.5
Kunci Sukes Strategi Untuk Terjadinya Perubahan Yang Baik : 3M
Keberhasilan perubahan
tergantung dari strategi yang diterapkan oleh agen pembantu. Hal penting yang
harus “MULAI”:
1.
MULAI DIRI
SENDIRI
Perubahan dan
pembenahan dalam diri sendiri, baik sebagai individu maupun sebagai profesi
merupakan titik sentral yang harus dimulai. Sebagai anggota profesi, perawat
tidak akan pernah berubah atau bertambah baik dalam mencapai suatu tujuan
profesionalisme, kalau perawat belum memulai pada diri sendiri. Oleh karena itu
selalu introspeksi dan mengidntifikasi kekurangan dan kelebihan yang ada akan
sangat membantu terhadap terlaksananya pengelolaan keperawatan kedepan.
2.
MULAI DARI
HAL-HAL YANG KECIL
Perubahan yang besar
yaitu profesionalisme manajer keperawatan Indonesia tidak akan pernah berhasil,
kalau tidak dimulai terhadap hal-hal yang kecil, hal-hal kecil yang harus
dijaga dan ditanamkan perawat Indonesia adalah menjaga citra keperawatan yang
sudah mulai membaik di hati masyarakat dengan tidak merusaknya sendiri.
3.
MULAILAH
SEKARANG, JANGAN MENUNGGU-NUNGGU
Sebagaimana disampaikan
oleh Nursalam (2000), lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali, lebih baik
sekarang daripada harus menunggu-nunggu terus. Memanfaatkan kesempatan yang ada
merupakan konsep manajemen keperawatan saat ini dan masa yang akan dating.
Kesempatan tidak akan dating dua kali dengan tawaran yang sama.
2.6 faktor perubahan
2.6.1
Faktor pendorong
untuk terjadinya perubahan
1. Kebutuhan
dasar manusia
Manusia memiliki
kebutuhan dasar yang tersusun berdasarkan hirarki kepentingan. Kebutuhan yang
belum terpenuhi akan memotivasi perilaku sebagaimana teori kebutuhan dari
maslow (1954). Di dalam keperawatan kebutuhan ini bisa dilihat dari bagaimana
keperawatan dapat mempertahankan diri sebagai profesi dalam upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan/asuhan keperawatan yang profesional.
2. Kebutuhan
dasar interpersonal
Manusia memiliki 3
kebutuhan dasar interpersonal yang melandasi sebagian besar perilaku seseorang
: (1) kebutuhan untuk berkumpul bersama-sama ; (2) kebutuhan untuk
mengendalikan/melakukan kontrol ; dan (3) kebutuhan untuk dikasihi, kedekatan
dan perasaan emosional. Kebutuhan tersebut didalam keperawatan diartikan
sebagai upaya keperawatan untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan
kesehatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.6.2
Faktor
penghambat
Menurut New dan C ouillard (1981) faktor penghambat
(restraining force) terjadinya perubahan yang disebabkan oleh beberapa hal :
(1) mengancam kepentingan pribadi
(2) persepsi yang kurang tepat
(3) sebagai reaksi psikologik; dan
(4) toleransi untuk berubah rendah.
2.6.3
Alasan perubahan
Lewin juga mengidentifikasi beberapa hal dan alasan
yang harus dilaksanakan oleh seorang manager dalam merencanakan suatu
perubahan, yaitu :
1. Perubahan
hanya boleh dilaksanakan untuk alasan yang baik.
2. Perubahan
harus secara bertahap.
3. Semua
perubahan harus direncanakan, dan tidak secara drastis atau mendadak.
4. Semua
individu yang terkena perubahan harus dilibatkan dalam perencanaan perubahan.
Alasan perubahan Lewin tersebut
diperkuat oleh pendapat Sullivan dan Decker (1988) hanya ada alasan yang dapat
diterapkan pada setiap situasi, yaitu :
1. Perubahan
ditujukan untuk menyelesaikan masalah.
2. Perubahan
ditujukkan untuk membuat prosedur kerja lebih efisien.
3. Perubahan
ditujukkan untuk mengurangi pekerjaan yang tidak penting.
2.7 Tingkat Perubahan
Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan,
sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah
dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat
perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna. Hersey dan Blanchard (1977)
menyebutkan dan mendiskusikan empat tingkatan perubahan.
Perubahan peratama dalam pengetahuan
cenderung merupakan perubahan yang paling mudah dibuat karena bisa merupakan
akibat dari membaca buku, atau mendengarkan dosen. Sedangkan perubahan sikap biasanya digerakkan oleh emosi
dengan cara yang positif dan atau negatif. Karenanya perubahan sikap akan lebih
sulit dibandingkan dengan perubahan pengetahuan. Tingkat kesulitan berikutnya
adalah perilaku individu. Misalnya
seorang manajer mungkin saja mengetahui dan mengerti bahwa keperawatan primer
jauh lebih baik dibandingkan beberapa model asuhan keperawatan lainnya, tetapi
tetap tidak menerapkannya dalam perilakunya karena berbagai alasan, misalnya
merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut. Perilaku kelompok merupakan tahap yang paling sulit untuk diubah karena
melibatkan banyak orang . Disamping kita harus merubah banyak orang, kita juga
harus mencoba mengubah kebiasaan adat istiadat, dan tradisi juga sangat sulit.
Bila kita tinjau dari sikap yang mungkin muncul maka perubahan bisa kita
tinjau dari dua sudut pandang yaitu perubahan partisipatif dan perubahan yang
diarahkan. Perubahan Partisipatif
akan terjadi bila perubahan berlanjut dari masalah pengetahuan ke perilaku
kelompok. Pertama-tama anak buah diberikan pengetahuan, dengan maksud mereka
akan mengembangkan sikap positif pada subjek. Karena penelitian menduga bahwa
orang berperilaku berdasarkan sikap-sikap mereka maka seorang pemimpin akan
menginginkan bahwa hal ini memang benar. Sesudah berprilaku dalam cara tertentu
maka orang-orang ini menjadi guru dan karenanya mempengaruhi orang lain untuk
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Siklus perubahan partisipatif dapat
digunakan oleh pemimpin dengan kekuasaan pribadi dan kebiasaan positif.
Perubahan ini bersifat lambat atau secara evolusi, tetapi cenderung tahan lama
karena anak buah umumnya menyakini apa yang merekan lakukan. Perubahan yang
terjadi tertanam secara instrinsik dan bukan merupakan tuntutan eksterinsik.
Perubahan diarahkan atau paksaan Bertolak
belakang dengan perubahan partisifatif, perubahan ini dilakukan dengan
menggunakan kekuasaan, posisi dan manajemen yang lebih tinggi memberikan
tengatng aarah dan perilaku untuk system dari masalah : aktualnya seluruh
organisasi dapat menjadi fokus. Perintah disusun dan anak buah diharapkan untuk
memenuhi dan mematuhinya. Harapan mengembangkan sikap positif tentang hal
tersebut dan kemudian mendapatkan pengetahuan lebih lanjut. Jenis perubahan ini
bersifat berubah-ubah, cenderung menghilang bila manajer tidak konsisten untuk
menerapkannya.
2.8
Pengelolaan
Perubahan
Pengelon
organisasi serta menglaan perubahan menjadi kompetensi utama bagi manajer
perawat saat ini tidak efektifan penerapan perubahan akan berdampak buruk
terhadap menejer, staf, dan organisasi serta menghabiskan waktu dan dana yang
sia-sia. Pegawai ingin belajar perubahan dari pimpinan. Bolton et el. (1992) menjelaskan 10 tahap
pengelolaan perubahan organisasi sebagaimana pada bawah ini.
Tahap
pengelolaan perubahan ( Bolton et.al.,
1992 )
1. Mendefenisikan
tujuan perubahan, melakukan pengkajian kepada orang yang layak, menguji dokumen
dan menulis bahan-bahan yang sudah dikembangkan, dan secara konsisten menetap
ke depan sesuai visi yang telah di tetapkan
2. Meyakinkan
tentang kesesuaian tujuan perubahan dengan rencana strategic organisasi
3. Diamana
tujuan akan dapat dilaksanakan dengan baik dan orang yang terlibat akan dengan
senang hati terlibat didalamnya
4. Menentukan
siapa yang akan memimpin perubahan. Pemimpin harus mengkomunikasikan visi
secara efektif kepada setiap orang pada setiap tatanan jabatan oraganisasi dan
sebagai pelatih, mentor, pendengar dan mendukung kerja kelompok
5. Memfasilitasi
komitmen semua pihak yang terlibat (stakeholders)
6. Mengidentifikasi
indtrumen tujuan yang spesifik yang dapat dipergunakan sebagai tolak ukur
pencapaian perubahan
7. Membangun
suatu tim kerja yang solid. Tim kerja tersebut harus mempunyai tanggung jawab
yang jelas , mampu berkomunikasi dengan yang lainnya, dan juga mampu melakukan
negosiasi dan penyelesaian masalah
8. Melibatkan
tim kesehatan yang terlibat dalam praktik keperawatan profesional kepada
pasien, dan tim tersebut harus mendukung dan terlibat dalam perubahan yang
diharapkan oleh organisasi
9. Belajar
dari kesalahan masa lalu untuk menghindari kesalahan yang sama.
10. Ajarkan
kepada kelompok kerja tentang proses interaksi perencanaan yang baik. Kembangkan
sesuatu yang komprehensif dan komunikasikan secara terus menurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar