PORTOFOLIO
INFEKSI NOSOKOMIAL
Oleh:
TEGAR GALIE PREHATINI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN SUBARAYA
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TUBAN
Jl.
Dr. wahidin Sudiro Husodo No. 2 Tuban
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.
DEFINISI
Infeksi adalah adanya suatu organisme
pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal
maupun sistemik. Sedangkan infeksi nosokomial adalah Infeksi yang didapat atau
timbul pada waktu pasien dirawat di Rumah Sakit. Infeksi nosokomial biasanya
terjadi setelah pasien dirawat minimal 3 x 24 jam di rumah sakit atau 72 jam
yang menunjukan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk
rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukan gejala setelah 72 jam pasien
berada di rumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi ini bisa saja ini merupakan
persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung
terhadap kematian pasien. Mungkin saja di beberapa kejadian, Infeksi Nosokomial
tidak menyebabkan kematian pasien.. Akan tetapi ia menjadi penyebab penting
pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal
dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh
mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke
tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection,
sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang
berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Untuk penderita yang setelah keluar dari
rumah sakit kemudian timbul tanda-tanda infeksi, baru dapat digolongkan sebagai
infeksi nososkomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari
rumah sakit. Tidak termasuk infeksi nosokomial yaitu keracunan makanan yang
tidak disebabkan oleh produk bakteri.
2.
BAKTEREMIA NOSOKOMIAL
Bakteremia Nosolomial adalah bakterimia yang terjadi setelah
tindakan invasive (intrumentasi) yang dilakukan di rumah sakit. Yang meliputi:
a.
Tranfusi
darah/pemberian cairan parenteral
b.
Pungsi
lumbal
c.
Pungsi
sumsum tulang
d.
Kateterisasi
buli-buli/vena
e.
Intubasi
endotrakeal/ pemasangan respirator
f.
Biopsy
g.
Tindakan
bedah
h.
Endoskopi
dll.
Bakteremia baru terjadi sesudah penderita
dirawat di rumah sakit selama 3 x 24 jam atau lebih.
Khusus untuk neonatus :
a.
Bila
didapat lebih dari 3 hari pada partus normal
b.
Bila
lebih dari 5 hari pada partus patologik
c.
Bila
didapat adanya port d’entree yang jelas, merahnya luka bekas infus, luka bekas
tusukan jarum, luka bekas forsep, vakum dan lain-lain.
Diagnosis bakteremia sebaiknya didasarkan atas
data klinis dan data laboratorium.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
RANTAI PENULARAN
Infeksi nosokomial mulai dengan
penyebab, yang ada pada sumber. Kuman keluar dari sumber melalui tempat tertentu,
kemudian dengan cara penularan tertentu misalnya melalui alat, lalu masuk ke
tempat tertentu di pasien lain. Karena banyak pasien di rumah sakit rentan
terhadap infeksi (terutama orang yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah),
mereka dapat tertular dan jatuh sakit ‘tambahan’. Selanjutnya, kuman penyakit
ini keluar dari pasien tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.
Sumber penularan dan cara penularan terutama
melalui;
a.
Tangan
dan dari petugas kesehatan maupun personil kesehatan lainnya,
b.
Jarum
injeksi,
c.
Kateter
Intra Vena,
d.
Kateter
urin,
e.
Kasa
pembalut atau perban,
f.
Cara
yang salah ketika menangani luka,
Infeksi nosokomial ini pun
tidak hanya mengenai pasien saja, tetapi juga dapat mengenai seluruh personil
rumah sakit yang berhubungan langsung dengan pasien maupun penunggu dan para
pengunjung pasien.
Untuk pencegahannya diperlukan antibiotik yang lebih poten atau
suatu kombinasi antibiotik. Semua kondisi ini dapat meningkatkan resiko infeksi
kepada si pasien.
2.
SUMBER INFEKSI NOSOKOMIA
a.
Petugas
kesehatan,
b.
Pasien
yang lain,
c.
Alat dan bahan yang digunakan untuk
pengobatan maupun dari lingkungan Rumah Sakit
3.
FAKTOR YANG DAPAT BERESIKO TERKENA INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial sering disebabkan
karena infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus,jarum suntik, infeksi
saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Selain
itu pemakaian infus dan kateter urin yang lama tidak diganti-ganti, juga
menjadi penyebab utamanya. Di ruang penyakit, diperkirakan 20-25% pasien
memerlukan terapi infus.
Ada berbagai komplikasi kanulasi
intravena yang berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi
Faktor yang dapat beresiko terkena infeksi nosokomial, antara
lain:
a.
Pasien
dengan umur tua,
b.
Pasien
yang berbaring lama (bed rest),
c.
Tindakan
seperti prosedur diagnostik invasif,
d.
Infus
atau kateter urin yang sudah lama dan tak diganti yang lama,
e.
Pasien
dengan penyakit tertentu yaitu penyakit yang memerlukan kemoterapi,
f.
Pasien
dengan penyakit yang sangat parah, penyakit keganasan, diabetes, anemia, penyakit
autoimun,
g.
Pasien
dengan penggunaan imuno supresan atau steroid didapatkan bahwa resiko terkena
infeksi lebih besar.
4.
FAKTOR PENYEBAB PERKEMBANGAN INFEKSI NOSOKOMIAL
Agen Infeksi
Pasien akan terpapar
berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit. Kontak antara
pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala
klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
-
karakteristik
mikroorganisme,
-
resistensi
terhadap zat-zat antibiotika,
-
tingkat
virulensi,
-
banyaknya
materi infeksius.
Semua mikroorganisme
termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapatmenyebabkan infeksi nosokomial.
Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain
(cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri
(endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini
lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui
makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang
didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme
yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang
menyebabkan penyakit pada orang normal.
5.
TIPE
MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI
Penyebab infeksi
dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
a.
Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak
dari infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada
tubuh manusia dan dapat hidup
didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
Contohnya
Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik
maupun endemik. Contohnya:
-
Anaerobik
Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene
-
Bakteri
gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung
dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh
darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
-
Bakteri
gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus,
Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang
dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua
infeksi di rumah sakit.
-
Serratia
marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan
peritoneum.
b.
Virus
Virus terutama berisi asam nukleat
(nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
Virus lain
yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat
ditularkan.
c.
Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
d.
Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup
lain, termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
6.
MACAM PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH INFEKSI
NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial dapat menyebabkan berbagai macam penyakit tambahan, yaitu seperti:
Infeksi nosokomial dapat menyebabkan berbagai macam penyakit tambahan, yaitu seperti:
a.
Infeksi
saluran kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, infeksinya
dihubungkan dengan penggunaan kateter urin yang dapat menyebabkan terjadinya
bakteremia dan mengakibatkan kematian. Infeksi yang terjadi lebih awal lebih
disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang terjadi
setelah beberapa waktu yang lama biasanya karena mikroorganisme eksogen.
b.
Pneumonia
Nosokomial
Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang
menggunakan ventilator, tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan NGT, dan
terapi inhalasi.
c.
Bakteremi
Nosokomial
Infeksi ini berisiko tinggi. Karena dapat menyebabkan
kematian. Terutama disebabkan oleh bakteri yang resistan antibiotika seperti
Staphylococcus dan Candida.
d.
Tuberkulosis
Penyebabnya karena adanya strain bakteri yang multi- drugs
resisten. Yang dapat dicegah dengan identifikasi yang baik, isolasi, dan
pengobatan serta tekanan negatif dalam ruangan.
e.
Diarrhea
dan gastroenteritis
f.
Infeksi
pembuluh darah
Penyebarannya melalui infus, kateter jantung dan suntikan.
Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama:
Infeksi ini dibagi menjadi dua kategori utama:
-
Infeksi
pembuluh darah primer, muncul tanpa adanya tanda infeksi sebelumnya, dan
berbeda dengan organisme yang ditemukan dibagian tubuhnya yang lain.
-
Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari
infeksi dari organisme yang sama dari sisi tubuh yang lain.
7.
PENCEGAHAN TERJADINYA INFEKSI NOSOKOMIAL
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk:
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk:
a.
Membatasi
transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan
penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan
disinfektan.
b.
Mengontrol
resiko penularan dari lingkungan.
c.
Melindungi
pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan
vaksinasi.
d.
Membatasi
resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.
e.
Pengawasan
infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.
8. Prosedur
Pelaksaan Penanggulangan Infeksi Nosokomial
a.
Cuci Tangan
Tehnik mencuci tangan
yang baik merupakan satu-satunya cara yang paling penting untuk mengurangi
penyebaran infeksi.Dengan cara menggosok tangan dengan sabun atau deterjen dan
air kuat kuat selama 15 detik dan dibilas baik baik sebelum dan sesudah
memeriksa penderita,sudah cukup .Namun bila selama merawat penderita,tangan
terkena darah,sekresi luka,bahan bernanah,atau bahan yang lain yang di curigai
maka harus di cuci selama 2 sampai 3 menit dengan menggunakan bahan cuci
antiseptic.
b.
Asepsis
Asepsis adalah penghinderaan atau pencegahan penularan
dengan cara meniadakan mikroorganisme yang secara potensial berbahaya.Tujuan
asepsis ialah mencegah atau membatasi infeksi.di rumah sakit digunakan 2 konsep
asepsis yaitu asepsis medis dan bedah.Asepsis Medis meliputi segala praktek
yang di gunakan untuk menjaga agar para petugas medis,penderita dan lingkungan
terhindar dari penyebab infeksi,seperti cuci tangan,sanitasi dn kebersihan
lingkungan rumah sakit itu hanyalah beberapa contok asepsis medis.Asepsis Bedah
meliputi cara kerja yang mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam luka dan
jaringan penderita.Maka dari itu dalam asepsis bedah semua alat kesehatan harus
berprinsip steril,lingkungan harus bersanitasi,dan juga flora mikroba di udara
harus di saring lewat filter berefisiensi tinggi.
c. Disinfeksi
dan Sterilisasi di Rumah Sakit
Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyediaan yaitu
tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta di sterilkan.Hasil
proses ini di monitor oleh laboratorium.mikrobiologi secara
teratur.Kecenderungan rumah sakit untuk menggunakan alat alat serta bahan yang
di jual dalam keadaan steril dan sekali pakai.karena dapat mempersingkat
waktu tanpa harus mensterilkan alat,tetapi juga dapat mengurangi pemindah
sebaran patogen melalui infeksi silang.
d.
Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit
Tujuan sanitasi lingkungan adalah membunuh atau
menyingkirkan pencemaran atau mikroba dari permukaan.Untuk mengevaluasi
prosedur dan cara-cara untuk mengurangi pencemaran,dilakukan pengambilan contoh
mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan lantai.
e.
Pengawasan Infeksi
Ialah pengamatan dan pengawasan serta pencatatan
secara sistematik terjadinya penyakit menular,ini merupakan dasar bagi usaha
pengendalian aktif.Identisifikasi dan evaluasi masalah-masalah infeksi
nosokomial dan pengembangan serta penilaian pengendalian efektif hanya dapat
dicapai denagn adanya pengawasan teratur terhadap infeksi-infeksi semacam itu
pada penderita.
d.
Pengawasan Penderita atau Pasien
Pengawasan infeksi penderita di mulai ketika masuk
rumah sakit dengan menyertakan kartu data infeksi di dalam catatan medis
penderita.Data yang di kumpulkan setiap hari mengenai biakan dari laboratorium
mikrobiologi serta dari hasil inspeksi laboratoris dan klinis di catat pada
setiap kartu data infeksi setiap penderita.
e.
Pengawasan Pekerja Rumah Sakit
Pemeriksaan fisik harus merupakan persyaratan
bagi semua petugas rumah sakit,dan catatan imunisasi harus diperiksa.Bila
tidak tercatat,maka imunisasi terhadap penyakit polio,tetanus,difteri,dan
campak harus di isyaratkan.Petugas yang menunjukkan hasil positif pada uji
tuberculin harus diperiksa dengan sinar x di bagian dada untuk menentukan
kemungkinan adanya tuberculosis aktif.
f.
Pengawasan Lingkungan Rumah Sakit
Bila perawat pengendalian infeksi menemukan satu atau
lebih kasus infeksi baru,maka mungkin diperlukan banyak biakan dari
penderita,petugas dan lingkungan untuk menemukan sumber patogen dan lalu
meniadakanya.
9.
TIPE INFEKSI
a. Kolonisasi
Merupakan suatu
proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang menetap/flora residen.
Mikroorganisme bisa tumbuh dan
berkembang biak tetapi tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika
mikroorganisme yang menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh
host/manusia yang sistem pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Infeksi local merupakan spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
c. Infeksi sistemik : terjadi bila mikroorganisme menyebar ke
bagian tubuh yang lain dan
menimbulkan kerusakan.
d. Bakterimia : terjadi ketika dalam darah ditemukan
adanya bakteri
e. Septikemia : multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil
dari infeksi sistemik
f. Infeksi akut : infeksi yang muncul dalam waktu singkat
g. Infeksi kronik : infeksi yang
terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam hitungan bulan sampai
tahun)
10.
RANTAI INFEKSI
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait
antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal
of exit, cara penularan, portal of entry dan host atau pejamu yang rentan.
a.
Agen Infeksi
b.
Host/ Pejamu
c.
Portal de Entry
d.
Cara Penularan
e.
Portal de Exit
f.
Reservoir
11.
PROSES INFEKSI
a.
Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke
dalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu,
mumps/gondongan 18 hari
b.
Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik.
Mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu
menyebarkan penyakit ke orang lain.
c.
Tahap sakit
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis
infeksi. Contoh: demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps
dimanifestasikan dengan sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar
parotid dan saliva.
d.
Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi ( lama penyembuhan
tergantung beratnya infeksi & kesehatan klien )
12.
KERUGIAN YANG DITIMBULKAN
DARI INFEKSI NOSOKOMIAL,
Kerugian
yang dapat ditimbulkan dari infeksi nosokomial antara lain,
a.
Lama hari perawatan bertambah panjang
b.
penderitaan
bertambah
c.
biaya
meningkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar