PROSES
KEPERAWATAN DAN HIGIENE MULUT
A.
Pengkajian Fisik
Perawat
memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur,
dan lukanya. Klien yang tidak mengikuti paktik hygiene mulut yang teratur akan
mengalami penurunan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam
(khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis.
Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala umum dari penyakit gusi atau
gangguan gigi tertentu. ( Greifzu,Radjeski, Winnick,1990)
B.
Perkembangan Fisiologis Mulut
1. Bayi
·
Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5
bulan.
·
Makanan yang padat dapat diterima mulut
pada usia 5-6 bulan
·
Mengunyah di mulai usia 6-8 bulan.
2. 18
bulan-6 tahun
·
Dua puluh gigi susu telah ada.
·
Anak mulai menggosok gigi dan belajar
praktik hygiene dari orang tua.
·
Gigi “bayi” mulai tanggal dan digantikan
gigi permanen
3. 6
– 12 tahun
·
Gigi susu digantikan gigi permanen
·
Gigi permanen ada pada usia 12 tahun
kecuali geraham kedua dan ketiga.
4. 12
– 18 tahun
·
Semua gigi permanen telah ada
·
Praktik higienis gigi cenderung
meningkat karena peningkatan kesadaran citra tubuh
5. 18
– 40 tahun
·
Geraham ketiga terlihat
·
Praktik hygiene mulut dan nutrisi yang
baik diperlukan untuk menghindari masalah di tahun yang akan dating.
6. Kehamilan
·
Perubahan dalam hormon seks perempuan
memperbesar reaksi iritasi pada plak gigi yang menyebabkan gingivitis dan
meningkatkan resiko penyakit periodontal hebat.
7. 40
-65 tahun
·
Orang berusia 55 tahun telah kehilangan
beberapa atau semua gigi mereka karena perawatan gigi yang buruk.
·
Karies akar gigi dan kanker mulut
terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi
8. 65
tahun atau lebih
·
Gigi yang berumur menjadi rapuh, lebih
kering, dan berwarna lebih gelap
·
Gigi menjai tidak rata, bergerigi
·
Gusi kehilangan vaskularitas daan
elastisitas jaringan yang menyebabkan gigi palsu kurang pas.
C.
Faktor-Faktor Resiko Untuk Masalah
Higiene Mulut
1. Masalah
Umum Mulut
a) Karies gigi
: merupakan masalah mulut paling umum dari orang muda.
b) Plak
: transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala gigi pada
margin gusi
c) Penyakit periodontal : penyakit
jarimgam sekitar gigi, seperti peradangan periodontal atau ligament periodontal
( Mosby, 1994)
d) Halitosis ( bau mulut ) : merupakan
masalah umum rongga mulut.
2. Masalah
Mulut Lain
a) Stomatis
: kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi, seperti
tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus, atau jamur, atau
penggunaan obat kemoterapi.
b) Glositis
: peradangan lidah karena penyakit infeksi atau cedera, seperti luka bakar atau
gigitan.
c) Gingivitis
: peradangan gusi, biasanya karena hygiene mulut yang buruk atau terjadi tanda
leukemia, defisiensi vitamin, atau diabetes mellitus. ( Griefzu, Radjeski,
Winnick, 1990 )
D.
Diagnosa Keperawaran
v Gangguan
membrane mukosa mulut
Definisi : kondisi
dimana mukosa mulut pasien mengalami luka
Kemungkina berhubungan
dengan :
ü Trauma
oral
ü Pembatasan
intake cairan
ü Pemberian
radiasi atau kemoterapi pada kepala dan leher
Kemungkinan data yang
ditemukan :
a) Iritasi
atau mukosa pada mulut
b) Peradangan
atau infeksi
c) Kesulitan
dalam makan dan menelan
d) Keadaan
mulut yang kotor
Kondisi klinis
kemungkinan terjadi pada :
a) Stroke
b) Stomatitis
c) Koma
E.
Perencanaan
Menyusun
rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan hygiene mulut termasuk
mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan kemampuan
fisik klien. Beberapa klien sangat sensitif tentang kondisi mulut mereka dan
enggan membiarkan orang lain merawat. Dalam banyak kasus, klien ( seperti yang
terkena diabetes dan kanker ) juga tidak sadar bahwa mereka beresiko penyakit
gigi dan periodontal dan karenanya membutuhkan pendidikan ekstensif.
Tujuan
klien membutuhkan hygiene mulut meliputi sebagai berikut :
1. Klien
akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik
2. Klien
mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar
3. Klien
akan mencapai rasa nyaman
4. Klien
akan memahami praktik hygiene mulut
F.
Implementasi
1. Hygiene
Mulut
Hygiene mulut yang baik termasuk
kebersihan, kenyamanan, dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat
mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Frekuensi tindakan hygiene
bergantung pada kondisi rongga mulut klien. Gosok gigi, membersihkan dengan
serat ( flossing ), dan irigasi
adalah perlu untuk pembersihan yang
tepat.
2. Diet
Untuk mencegah kerusakan gigi, klien
harus mengubah kebiasaan makan, mengurangi asupan karbohidrat, terutama kudapan
manis diantara waktu makan. Kualitas keasaman makanan mengeliminasi bakteri
yang membentuk pada gigi. ( Marshall, 1991)
3. Gosok
Gigi
Gosok gigi dengan teliti sedikitnya 4
kali sehari ( setelah makan dan waktu tidur ) adalah dasar program hygiene
mulut yang efektif. Sikat gigi harus memiliki pegangan yang lurus dn bulunya
harus cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Semua permukaan gigi dalam,
luar dan pengunyah harus disikat dengan teliti. Pasta gigi berfluorida lebih
disukai untuk gosok gigi. Spon gliserin lemon memiliki efek yang berbahaya
mukosa dan gigi. (Pettigrew, 1989).
4. Hygiene
Mulut Khusus
Klien
yang tidak sadar. Klien ini lebih rentan terkena sekresi
air liur pada mukosa yang tebal karena mereka tidak mampu untuk makan dan
minum, sering bernafas melalui mulut, dan seringkali memperoleh terapi oksigen.
Dengan demikian perawat harus melindungi klien dari hambatan dan aspirasi.
Pembersihan dan pembilasan secara teratur pada rongga mulut adalah kritis.
Klien
berisiko Stomatitis. Kemoterapi, radiasi, dan intubasi selang
nasogastrik menyebabkan stomatitis. Klien harus membilas mulutnya sebelum dan
sesudah makan menggunakan larutan garam ½ sampai 1 sendok the atau backing soda
sampai 1 pt air ( Greifzu, Radjeski, Winnick, 1990).
Klien
Diabetes. Kunjungan ke dokter gigi diperlukan setiap 3 atau 4
bulan. Perawat mungkin perlu membantu klien diabetes karena mereka mempunyai
kejadian yang meningkat penyakit periodontal ( Smeltzer, Bare, 1992).
Klien
infeksi mulut. Perawat memberitahukan kepada dokter
bila tanda infeksi seperti ulserasi yang tertutupi, merah, kering, lidah yang
bengkak, halitosis, lidah yang berselaput terjadi. Klien yang memakai gigi
palsu harus melepaskan terlebih dahulu sebelum menggunakan antibiotic topical.
(Barkauskas, dkk, 1994).
5. Penggunaan
Fluorida
Pada kebanyakan komunitas persediaan air
terdiri dari fluoride, tozier dan Beck (1991) melaporkan ringkasan studi
epidemiologi yang menunjukan bahwa pemberian fluor pada air minum telah
memainkan peranan yang dominan dalam menurunkan karies gigi. Fluoridasi
berlebihan menyebakan perubahan warna pada email gigi. Orang tua harus menjaga
suplemen fluoride jauh dari jangkauan anak-anak.
6. Flossing
Flossing gigi adalah penting untuk
mengangkat flak dan tartar dengan efektif diantara gigi. Flossing melibatkan insersi floss
gigi yang berlilin atau tidal berlilin diantara semua permukaan gigi satu
per satu ( Mosby, 1994 ).gerakan menggergaji digunakan untuk menarik serat
halus diantara gigi mengangkat flak dan tartar dari email gigi.
7. Perawatn
gigi palsu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar