Kamis, 05 April 2012

PROSES KEPERAWATAN DAN HIGIENE MULUT


PROSES KEPERAWATAN DAN HIGIENE MULUT

A.               Pengkajian Fisik
Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur, dan lukanya. Klien yang tidak mengikuti paktik hygiene mulut yang teratur akan mengalami penurunan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam (khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan halitosis. Rasa sakit yang dilokalisasi adalah gejala umum dari penyakit gusi atau gangguan gigi tertentu. ( Greifzu,Radjeski, Winnick,1990)

B.                 Perkembangan Fisiologis Mulut
1.      Bayi
·         Gigi susu mulai tumbuh sekitar usia 5 bulan.
·         Makanan yang padat dapat diterima mulut pada usia 5-6 bulan
·         Mengunyah di mulai usia 6-8 bulan.
2.      18 bulan-6 tahun
·         Dua puluh gigi susu telah ada.
·         Anak mulai menggosok gigi dan belajar praktik hygiene dari orang tua.
·         Gigi “bayi” mulai tanggal dan digantikan gigi permanen
3.      6 – 12  tahun
·         Gigi susu digantikan gigi permanen
·         Gigi permanen ada pada usia 12 tahun kecuali geraham kedua dan ketiga.
4.      12 – 18 tahun
·         Semua gigi permanen telah ada
·         Praktik higienis gigi cenderung meningkat karena peningkatan kesadaran citra tubuh
5.      18 – 40 tahun
·         Geraham ketiga terlihat
·         Praktik hygiene mulut dan nutrisi yang baik diperlukan untuk menghindari masalah di tahun yang akan dating.
6.      Kehamilan
·         Perubahan dalam hormon seks perempuan memperbesar reaksi iritasi pada plak gigi yang menyebabkan gingivitis dan meningkatkan resiko penyakit periodontal hebat.
7.      40 -65 tahun
·         Orang berusia 55 tahun telah kehilangan beberapa atau semua gigi mereka karena perawatan gigi yang buruk.
·         Karies akar gigi dan kanker mulut terjadi dengan frekuensi yang lebih tinggi
8.      65 tahun atau lebih
·         Gigi yang berumur menjadi rapuh, lebih kering, dan berwarna lebih gelap
·         Gigi menjai tidak rata, bergerigi
·         Gusi kehilangan vaskularitas daan elastisitas jaringan yang menyebabkan gigi palsu kurang pas.
C.               Faktor-Faktor Resiko Untuk Masalah Higiene Mulut
1.     Masalah Umum Mulut
a)      Karies gigi : merupakan masalah mulut paling umum dari orang muda.
b)      Plak : transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala gigi pada margin gusi
c)      Penyakit periodontal : penyakit jarimgam sekitar gigi, seperti peradangan periodontal atau ligament periodontal ( Mosby, 1994)
d)     Halitosis ( bau mulut ) : merupakan masalah umum rongga mulut.
2.      Masalah Mulut Lain
a)      Stomatis : kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi, seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh bakteri, virus, atau jamur, atau penggunaan obat kemoterapi.
b)      Glositis : peradangan lidah karena penyakit infeksi atau cedera, seperti luka bakar atau gigitan.
c)      Gingivitis : peradangan gusi, biasanya karena hygiene mulut yang buruk atau terjadi tanda leukemia, defisiensi vitamin, atau diabetes mellitus. ( Griefzu, Radjeski, Winnick, 1990 )
D.                Diagnosa Keperawaran
v  Gangguan membrane mukosa mulut
Definisi : kondisi dimana mukosa mulut pasien mengalami luka
Kemungkina berhubungan dengan :
ü  Trauma oral
ü  Pembatasan intake cairan
ü  Pemberian radiasi atau kemoterapi pada kepala dan leher
Kemungkinan data yang ditemukan :
a)      Iritasi atau mukosa pada mulut
b)      Peradangan atau infeksi
c)      Kesulitan dalam makan dan menelan
d)     Keadaan mulut yang kotor

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a)      Stroke
b)      Stomatitis
c)      Koma
E.                 Perencanaan
Menyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan hygiene mulut termasuk mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan kemampuan fisik klien. Beberapa klien sangat sensitif tentang kondisi mulut mereka dan enggan membiarkan orang lain merawat. Dalam banyak kasus, klien ( seperti yang terkena diabetes dan kanker ) juga tidak sadar bahwa mereka beresiko penyakit gigi dan periodontal dan karenanya membutuhkan pendidikan ekstensif.
Tujuan klien membutuhkan hygiene mulut meliputi sebagai berikut :
1.      Klien akan memiliki mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik
2.      Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar
3.      Klien akan mencapai rasa nyaman
4.      Klien akan memahami praktik hygiene mulut
F.                  Implementasi
1.      Hygiene Mulut
Hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan, dan kelembaban struktur mulut. Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Frekuensi tindakan hygiene bergantung pada kondisi rongga mulut klien. Gosok gigi, membersihkan dengan serat ( flossing ), dan irigasi adalah perlu untuk  pembersihan yang tepat.
2.      Diet
Untuk mencegah kerusakan gigi, klien harus mengubah kebiasaan makan, mengurangi asupan karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan. Kualitas keasaman makanan mengeliminasi bakteri yang membentuk pada gigi. ( Marshall, 1991)
3.      Gosok Gigi
Gosok gigi dengan teliti sedikitnya 4 kali sehari ( setelah makan dan waktu tidur ) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif. Sikat gigi harus memiliki pegangan yang lurus dn bulunya harus cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Semua permukaan gigi dalam, luar dan pengunyah harus disikat dengan teliti. Pasta gigi berfluorida lebih disukai untuk gosok gigi. Spon gliserin lemon memiliki efek yang berbahaya mukosa dan gigi. (Pettigrew, 1989).
4.      Hygiene Mulut Khusus
Klien yang tidak sadar. Klien ini lebih rentan terkena sekresi air liur pada mukosa yang tebal karena mereka tidak mampu untuk makan dan minum, sering bernafas melalui mulut, dan seringkali memperoleh terapi oksigen. Dengan demikian perawat harus melindungi klien dari hambatan dan aspirasi. Pembersihan dan pembilasan secara teratur pada rongga mulut adalah kritis.
Klien berisiko Stomatitis. Kemoterapi, radiasi, dan intubasi selang nasogastrik menyebabkan stomatitis. Klien harus membilas mulutnya sebelum dan sesudah makan menggunakan larutan garam ½ sampai 1 sendok the atau backing soda sampai 1 pt air ( Greifzu, Radjeski, Winnick, 1990).
Klien Diabetes. Kunjungan ke dokter gigi diperlukan setiap 3 atau 4 bulan. Perawat mungkin perlu membantu klien diabetes karena mereka mempunyai kejadian yang meningkat penyakit periodontal ( Smeltzer, Bare, 1992).
Klien infeksi mulut. Perawat memberitahukan kepada dokter bila tanda infeksi seperti ulserasi yang tertutupi, merah, kering, lidah yang bengkak, halitosis, lidah yang berselaput terjadi. Klien yang memakai gigi palsu harus melepaskan terlebih dahulu sebelum menggunakan antibiotic topical. (Barkauskas, dkk, 1994).
5.      Penggunaan Fluorida
Pada kebanyakan komunitas persediaan air terdiri dari fluoride, tozier dan Beck (1991) melaporkan ringkasan studi epidemiologi yang menunjukan bahwa pemberian fluor pada air minum telah memainkan peranan yang dominan dalam menurunkan karies gigi. Fluoridasi berlebihan menyebakan perubahan warna pada email gigi. Orang tua harus menjaga suplemen fluoride jauh dari jangkauan anak-anak.
6.      Flossing
Flossing gigi adalah penting untuk mengangkat flak dan tartar dengan efektif diantara gigi. Flossing melibatkan insersi floss gigi yang berlilin atau tidal berlilin diantara semua permukaan gigi satu per satu ( Mosby, 1994 ).gerakan menggergaji digunakan untuk menarik serat halus diantara gigi mengangkat flak dan tartar dari email gigi.
7.      Perawatn gigi palsu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar